Durasi Baca: Hanya 1 Menit
Semarang memang tak ada habisnya bila berbicara tentang wisata budayanya.
Selain keragaman pada tepat ibadahnya seperti Mesjid Agung Jawa Tengah, Klenteng Sam Poo Kong, Vihara Budhagaya Watu Gong, ada satu tempat ibadah yang sangat eksotis milik umat Hindu di Semarang, yaitu Pura Giri Natha.
Bahkan saat kita berada di pura tersebut, akan membuat kita seolah sedang berada di bali. Berada di ketinggian bukit di jalan Rinjani, keberadaan Pura Agung Giri Natha di Kota Semarang, Jawa Tengah, berfungsi sebagai pemersatu umat sedharma (Hindu) yang ada di luar Pulau Bali.
Aktivitas yang ada pada pura ini tidak jauh berbeda dengan pura-pura yang ada di Pulau Dewata. Namun, keistimewaannya adalah dijadikan sebagai tempat untuk proses belajar-mengajar, diskusi, serta kegiatan sosial lainnya.
Pura Agung Giri Natha ini dibangun sekitar tahun 1968 oleh para umat Hindu yang berdomosili di Kota Semarang.
Dengan perlahan pura tersebut ditata, mulai dari membangun Padmasana, bale pesandekan, tembok penyengker, candi serta pendukung lainnya pun merupakan hasil dari semangat gotong-royong para umat.
Pada setiap dikesempatan waktu untuk menyambut ritual Hari Nyepi, wisatawan bisa dengan leluasa untuk melihat setiap prosesi ritual terebut.
Asal tetap menghargai dan mengikuti aturan yang ada di dalam pura tersebut.
Ketika pura terbesar di kota Semarang ini tengah menggelar beberapa upacara, terlihat pemandangan pakaian adat khas Bali sangat kentara pada area ini.
Seperti, antheng yang terbelit di badan dan duduk di depan altar sesaji. Kidung pujian berisi doa-doa pun terdengar seiring semerbak aroma dupa yang tertiup angin.
Ritual pertama telah digelar, upacara Tawur Kesanga dilakukan sesuai dengan ajaran Tri Hita Karana. Para perempuan akan membawa sapu lidi sedangkan lelaki membawa obor, tulud serta kentongan.
Lalu, para umat Hindu mengikuti upacara Bhutayajna dengan bersembahyang di pelataran pura bagian tengah (madya mandala).
Aneka sesaji disiapkan untuk persembahan Bhuta Kala. Setelah ritual Bhuta Kala selesai, mereka naik ke pelataran pura bagian utama (utama mandala) dan melakukan upacara Dewayajna (korban suci kepada Tuhan).
Baca Juga:
Upacara tersebut memberi pesan, bahwa manusia harus taat pada tiga unsur agar memiliki kehidupan yang baik dan seimbang. Pertama adalah taat kepada ajaran agama, kedua sebagai umat manusia selalu menjaga toleransi dan melakukan interaksi antar umat manusia.
ketiga harus menghormati dan memelihara alam semesta. Sebab, alam semesta telah memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk yang ada di dalamnya.
Acara ini merupakan pembukaan yang dilakukan sehari sebelum dilaksanakannya upacara ibadah Catur Bratha Nyepi.
Umat Hindu akan melaksanakan amati geni, amati karyo, amati lelungan. dan amati lelanguan. Mereka tidak makan, tidak minum, tidak bepergian serta melakukan pantangan lainnya, dan memohon ampun kesalahan diri atau instropeksi diri.
Bukan hanya pada hari besar saja, pada hari biasa di Pura Giri Natha pun terlihat ada saja yang akan datang untuk melakukan prosesi ibadah.
Indah ya, ragam budaya dan agama yang ada di Indonesia. Mari bersama kita saling menghargai dan menghormati yuk, Sobat!
Fifi Jacob
Work for Live
Buat Tulisan