Durasi Baca: Hanya 1 Menit
Masih asing terdengar di telinga, bukan berarti jadi alasan kita lengah. Penyakit yang satu ini diam-diam sudah banyak memakan korban nyawa di Indonesia, terutama anak-anak.
Data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menunjukkan, bahwa Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara Asia yang menjadi daerah endemis virus japanese encephalitis.
Setiap calon wisatawan yang hendak berkunjung ke Tanah Air sudah mendapatkan informasi mengenai penyakit ini, sehingga dapat bekal melakukan pencegahan awal.
Namun sayangnya, informasi mengenai penyakit ini di dalam negeri kita sendiri justru sangat terbatas.
Apa itu japanese encephalitis?
Penyakit radang otak akibat virus ini paling banyak terjadi di kawasan Asia. Virus japanese encephalitis merupakan virus golongan flavivirus yang sebenarnya terjadi secara langsung antara nyamuk Culex tritaeniorhynchus, babi, dan atau burung sawah.
Saat virus japanese encephaltis menulari manusia
Manusia berisiko tertular virus japanese encephalitis bila tergigit oleh nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi, nyamuk ini biasanya lebih aktif pada malam hari.
Nyamuk golongan Culex banyak terdapat di area persawahan dan irigasi, risiko penyakit juga akan meningkat pada musim penghujan.
Di Pulau Bali, tingginya kejadian japanese encephalitis dikaitkan dengan banyaknya persawahan serta peternakan babi di area tersebut.
Kenali gejala japanese encephalitis
Sebagian besar penderita radang otak ini hanya menunjukkan gejala ringan atau bahkan tidak terdeteksi sama sekali.
Gejala umumnya muncul 5-15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus, beberapa di antaranya berupa demam, lemah, menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah.
Kurang lebih 1 dari 200 penderita infeksi penyakit mematikan ini menunjukkan gejala berat yang berkaitan dengan peradangan pada otak, berupa demam tinggi mendadak, kejang (biasanya pada anak), sakit kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kesadaran), dan kelumpuhan.
Berbagai keluhan tersebut biasanya membaik setelah fase penyakit akut terlampaui, tapi pada 20-30% pasien, gangguan saraf kognitif dan psikiatri dilaporkan menetap. Komplikasi terberat terjadi pada 20-30% kasus japanese encephalitis adalah meninggal dunia.
Tidak bisa sembarangan menyatakan seseorang tervonis japanese encephalitis, ya. Selain berdasarkan pemeriksaan fisik atas gejala, sangat diperlukan pemeriksaan laboratorium rumah sakit.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah dan pemeriksaan cairan sumsum tulang.
Baca Juga:
Pengobatan dan pencegahan japanese encephalitis
Sampai saat ini belum ada obat untuk mengatasi infeksi penyakit, pengobatan semata bersifat suportif untuk mengurangi tingkat kematian.
Pengobatan yang diberikan berdasarkan gejala yang diderita pasien (simtomatik), pemenuhan istirahat, pemenuhan kebutuhan cairan harian, pemberian obat pengurang demam serta obat pengurang nyeri.
Pasien perlu dirawat inap agar observasi ketat lebih mudah dilakukan, sehingga penanganan yang tepat bisa segera diberikan bila timbul gejala gangguan saraf atau komplikasi lainnya.
Mencegah gigitan nyamuk ini sebenarnya sederhana, lakukan langkah-langkah berikut ini:
- Vaksinasi.
- Gunakan anti nyamuk berupa lotion atau spray yang aman bagi kulit.
- Gunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh saat beraktivitas di luar rumah.
- Gunakan kelambu atau nyalakan AC saat tidur.
- Upayakan menghindari kegiatan di malam hari di area pertanian, ladang, atau persawahan yang banyak terdapat nyamuk Culex.
Selalu jaga kebersihan lingkungan dan makanan untuk menghindari penyakit lain mendatangi keluarga kita. Kunci dari kesehatan adalah melek pengetahuan dan pola hidup seimbang.
Danur K Atsari
A fast learner. Strives to write Islamic based lifestyle and halal culinary. Live more worry less!
Buat Tulisan