Durasi Baca: Hanya 1 Menit
Ada sebuah perkataan yang terkenal, “Makanan Bagi Orang Tua, Namun Racun Bagi Anak Kecil,” Lalu, apa maksud dari perkataan tersebut?
Dijelaskan oleh Ustad Nuzul Dzikri, hal itu mengibaratkan bahwa orang awam atau para penuntut ilmu pemula tidak dianjurkan untuk mengonsumsi ilmu tingkat tinggi (advance) sebelum menyelesaikan yang dasar (basic).
Terkadang, ada kitab-kitab besar yang seharusnya menjadi konsumsi para penuntut ilmu yang telah matang ilmunya.
Namun, justru dikonsumsi oleh para penuntut ilmu pemula/orang awam sehingga ilmu itu berubah menjadi racun untu mereka.
Hal ini dikarenakan ilmu itu seharusnya dipelajari dengan perlahan-lahan dan secara bertahap. Dimulai dari yang dasar, mulai dari kitab-kitab ringkas dan ringan, lalu meningkat.
Setelah bekal ilmu yang diperoleh sudah cukup, maka mulailah beralih menelaah kitab-kitab yang isinya berat.
Di era banjir informasi seperti saat ini membuat kita jadi kurang peduli dengan dosis ilmu yang harus kita konsumsi.
Hampir semua ilmu yang tersedia, baik di berbagai kajian, media sosial, maupun media massa kadang kita konsumsi tanpa memilah terlebih dahulu.
Baca Juga:
Padahal, belum tentu ilmu yang disampaikan sesuai dengan asupan yang kita butuhkan, terutama para penuntut ilmu pemula.
Hal ini diperparah dengan para penuntut ilmu yang sering berfatwa tentang dalil-dalil tertentu dalam hukum Islam di media sosial. Mereka dengan mudahnya mengecap sesuatu bid’ah, haram, halal, dan dosa.
Padahal para alim dan ulama terdahulu takut dengan apa-apa yang diucapkannya tentang ilmu. Mereka bahkan takut untuk menjawab berbagai permasalahan masyarakat karena perbedaan persepsi tentang ilmu itu sendiri. Maka, dosa jariyah pun bisa mengalir jika tidak hati-hati dalam menyebarkan ilmu.
Allah berfirman yang artinya,
"Dan demikian (pula) di antara manusia, hewan-hewan melata dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun". [Fatir : 28]
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang takut dengan Allah adalah para ulama. Hal ini dimaksudkan bahwa rasa takut adalah hakikat dari ilmu itu sendiri.
Jika tidak ada rasa takut, maka ilmu itu akan menjadi sesuatu yang sia-sia.
Siti Nurhikmah
Cynical and enthusiastic in between
Buat Tulisan