Durasi Baca: Hanya 1 Menit
Sejak dahulu, orangtua hanya melihat perkembangan dan pertumbuhan anaknya dari berat badan saja.
Apabila berat badan cukup atau melihat pipi sang anak sudah sedikit tembam, anak tersebut dianggap sudah sehat.
Padahal, tinggi badan termasuk salah satu faktor yang menentukan tingkat nutrisi anak sudah baik atau belum.
Pertumbuhan tinggi badan yang tidak normal dikenal dengan nama stunting.
Kondisi ini di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya. Gejala stunting pada anak harus diketahui dan dicegah sejak dini oleh orangtua.
Gejala Stunting Pada Anak Penting Diketahui
Umumnya kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja, melainkan bisa dimulai sejak masih di dalam kandungan.
WHO sebagai Badan Kesehatan Dunia menyatakan, bahwa mencapai 20 persen kondisi stunting sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
Hal ini disebabkan oleh asupan gizi ibu selama hamil kurang berkualitas, sehingga nutrisi terbaik yang diterima janin cenderung sedikit.
Pada akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran. Gejala stunting pada anak paling utama tubuh pendek di bawah rata-rata sesuai umurnya.
Beberapa gejala dan tanda lain yang terjadi kalau anak mengalami gangguan pertumbuhan:
- Berat badan anak tidak naik, bahkan cenderung menurun.
- Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
- Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
Sementara untuk memantau tinggi anak normal atau tidak, orangtua harus secara rutin memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Entah itu membawa si kecil ke dokter, bidan, Posyandu, atau pun Puskesmas terdekat setiap bulan.
Baca Juga:
Dampak Stunting Pada Kesehatan Lainnya
Gangguan pertumbuhan anak ini bisa memengaruhi pertumbuhannya hingga dewasa nanti. Bukan hanya dampak fisik saja yang mungkin timbul dari tubuh pendek pada anak, melainkan beberapa hal berikut:
- Kesulitan belajar.
- Kemampuan kognitif lemah.
- Mudah lelah dan tak lincah dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
- Berisiko lebih tinggi terserang penyakit infeksi di kemudian hari, sebab sistem kekebalan tubuhnya yang lemah.
- Berisiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, kanker, dan lain-lain) di usia dewasa.
- Bagi anak perempuan yang mengalami stunting, berisiko mengalami masalah kesehatan dan perkembangan pada keturunannya ketika sudah dewasa. Biasanya hal tersebut terjadi pada wanita dewasa dengan tinggi badan kurang dari 145 cm karena mengalami stunting sejak kecil.
- Berisiko kematian janin saat melahirkan, karena kesulitan persalinan yang dialami ibu.
Menurut data Pemantauan Status Gizi (PSG) dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah anak pendek terbilang cukup tinggi.
Kasus anak stunting mempunyai jumlah tertinggi bila dibandingkan dengan permasalahan gizi lainnya, seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.
Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting yaitu pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya, pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) secara rutin dan berkala, serta memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien untuk bayi (TKPM).
Setelah mengetahui pengertian dan gejala stunting pada anak, diperlukan cara memberikan nutrisi yang maksimal pada masa awal kehidupannya, khususnya selama 1.000 hari pertama kehidupan anak. Jika kita mengetahui bahwa si kecil mengalami kondisi ini, segeralah konsultasikan pada dokter.
Danur K Atsari
Live more worry less
Buat Tulisan