Durasi Baca: Hanya 1 Menit
Dalam pergaulan, etika berbicara itu penting. Kemampuan berbicara kita mencerminkan siapa dan kualitas diri kita.
Komunikasi adalah penyampaian pesan yang dapat berupa ungkapan-ungkapan seperti memberi informasi, pengetahuan, gagasan, bertukar fikiran, atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan.
Komunikasi merupakan unsur penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Lantas, apa pandangan Islam mengenai etika berkomunikasi?
Islam adalah agama yang sempurna. Mengajarkan setiap aspek kehidupan mulai dari hal yang paling kecil hingga yang terbesar.
Rasulullah SAW telah memberikan contoh kepada umatnya bagaimana berbicara dengan orang lain.
Kita semua tahu Rasulullah SAW terkenal dengan kelembutannya dan kesantunannya saat berbicara. Sehingga, banyak yang merasa pernah menjadi lawan bicaranya terasa dimuliakan oleh Rasulullah SAW.
Nah, bagaimana etika berbicara dalam Islam? Yuk, simak informasinya.
- Berkata Baik Atau Diam
Etika berbicara yang pertama adalah bagaimana kita harus memilih perkataan yang baik. Lebih baik diam ketika kita tidak menemukan kata-kata yang baik untuk diberikan kepada lawan bicara.
Pemilihan kata bertujuan untuk tidak menyakiti hati lawan bicara dengan lisan kita.
- Berbicara yang Penting Saja
Sering kita temukan sekumpulan teman-teman yang menghabiskan waktunya dengan saling bercakap-cakap.
Namun, ternyata terkadang pembicaraan menjadi tak terarah dan tidak bisa kita dibedakan manakah yang baik dan buruk. Oleh karena itu, Rasulullah SAW melarang kita banyak bicara.
- Dilarang Membicarakan Setiap yang Didengar
Banyak sekali informasi yang bertebaran setiap harinya di dalam kehidupan kita. Beberapa informasi tersebut belum tentu berisi kebenaran dan membawa kebaikan bagi kita.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam membicarakan setiap yang kita dengar dari orang lain. Bahkan Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang membicarakan setiap apa yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta.”
- Jangan Memulai Debat Meskipun Kita Benar
Debat merupakan pintu terbukanya kesalahpahaman yang terbuka lebar. Karena satu sama lain saling mempertahankan pendapat dan argumennya masing-masing.
Baca Juga:
Apalagi debat tersebut disadari dengan ketidaktahuan dari informasi yang kita dapat tersebut.
Hal ini juga membuat kita membuang-buang waktu hingga bisa memutuskan silaturahmi dan menciptakan permusuhan.
- Dilarang Berdusta untuk Membuat Orang Tertawa
Kita banyak temukan para pelawak di televisi yang melucu untuk membuat kita tertawa. Memang, humor atau lawakan merupakan alternatif bagi kita yang sudah stres dengan apa-apa yang terjadi di dalam kehidupan nyata.
Namun, tidak diperkenankan untuk memberikan hiburan dengan mengarang cerita. Seperti sabda Rasulullah SAW,
“Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia!” (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).
- Berbicara Dengan Intonasi Rendah Namun Jelas
Kita dianjurkan untuk berbicara dengan tutur kata yang lembut, namun tetap terdengar oleh lawan bicara kita. Tulus dari hati tanpa terkesan dibuat-buat atau dipaksakan.
Sementara itu, perkataan hendaknya berisikan materi yang jujur dan bermanfaat. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW,
“Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
- Jangan Berkata Ghibah dan Fitnah
Ghibah atau menggunjingkan orang lain, atau pun mengadu domba tidak diperkenankan dalam etika berbicara dalam Islam. Allah SWT berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain...” (Qs. Al-Hujurat : 12).
Sobat, seperti itulah etika berbicara yang diajarkan Rasulullah SAW. Berbicara yang baik akan mencerminkan kepribadian yang baik pula.
Dayana Cinthya
Writing means sharing. It's part of the human condition to want to share things - thoughts, ideas, and opinions.
Buat Tulisan